Bersama Masyarakat

Bersama Masyarakat Sigi

BERSAMA PMI

PMI Kabupaten Sigi.

Silaturrahim

Silaturrahim dengan Masyrakat.

KEBUN JAGUNG

Jadi PETANI, Kita Bisa ...

SEMANGAT

Dukungan Masyarakat dan Partai adalah Semangat untuk Menuju Kesuksesan.

Minggu, 28 Mei 2023

Langkah-langkah Memasuki Alam GHaib

 

Alam gaib atau dunia lain acapkali menjadi sebuah perbincangan yang tak ada ujungnya. pasalnya setiap memulai perbincangan dunia lain, seringkali berujung perdebatan dan tiada akhir.

Saking penasarannya tak sedikit orang ingin memasuki alam gaib untuk kepentingan tertentu, namun perlu kita ketahui beberapa langkah yang harus disiapkan agar diri kita berhasil memasuki alamnya para roh ini.

Setiap orang dapat dipastikan mampu memasuki alam gaib, karena roh di dalam tubuh kita juga termasuk gaib tidak memandang ras apa dan agama apa.

Untuk bisa memasuki alam gaib tersebut kita perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:


Fisik yang kuat

Fisik merupakan gerbang utama untuk memasuki alam gaib karena berfungsi sebagai wadah dari roh kita pastikan kita pada saat kondisi sehat dan prima.


Jiwa yang tenang

Jiwa atau batin dalam hal ini sangat penting peranannya karena merupakan kunci agar bisa membuka akses ke alam gaib, jadi pastikan pada kondisi tak ada beban pikiran dan sebagainya.


Yakin pada roh kita

Roh kita perlu kita yakini bahwa akan baik-baik saja memasuki alam gaib, karena jika tidak maka akan terjadi resah yang tiada henti.


Hilangkan halusinasi

Terakhir hilangkan perasaan halusinasi bahwa kita sudah memasuki alam gaib, karena memasuki alam gaib memang gangguan utamanya adalah halusinasi. Akan salah penafsiran dan akan terjadi miss komunikasi jika halusinasi mencampuri urusan alam gaib.

Setelah poin di atas disiapkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan ialah mediasi dan memanggil mahluk terdekat disekitar kita untuk memasuki tubuh dan mulai melakukan interaksi, pada saat ini roh kita berada di sekitar tubuh dan mampu melihat sekitar alam gaib, seperti tukar posisi dengan mahluk lain.

Usahakan lakukan dengan ahli supranatural karena khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan.



Sumber : DISINI

Darimana Manusia Berasal ?

Dari Mana Manusia Berasal? Ini Proses Evolusi yang Ditemukan

Teori evolusi manusia mengatakan proses panjang perubahan manusia berasal dari nenek moyang mirip kera. Bukti ilmiah ini didasarkan pada ciri-ciri fisik dan perilaku yang dimiliki oleh nenek moyang mirip kera.

Mengutip laman Smithsonian National Museum of Natural History, Amerika Serikat, salah satu ciri manusia paling awal yang terlihat adalah kemampuan berjalan dengan dua kaki. Teori ini berkembang lebih dari 4 juta tahun yang lalu.

Kemudian karakteristik lainnya adalah otak yang besar dan kompleks, kemampuan untuk membuat dan menggunakan alat, dan kemampuan bahasa.

Baru pada 100.000 tahun terakhir, sifat manusia awal ditemukan telah menunjukkan ekspresi simbolis yang rumit, seperti seni dan keanekaragaman budaya.

 

Asal Manusia Berdasarkan Fosil yang Ditemukan

Kemiripan dengan nenek moyang mirip kera ini bukan menunjukkan asal muasal pasti manusia. Ilmuwan hanya menunjukkan serangkaian fosil yang ditemukan dan dicocokkan dengan kehidupan yang sudah ada pada masa itu.

Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa manusia pertama kali berevolusi di Afrika dan sebagian besar evolusi manusia terjadi di benua itu.

Hal ini didasarkan pada fosil manusia purba yang hidup antara 6 hingga 2 juta tahun lalu di mana seluruhnya berasal dari Afrika.

Sebagian besar ilmuwan saat ini mengenali sekitar 15 hingga 20 spesies manusia purba yang berbeda. Namun, tidak semua ilmuwan setuju tentang bagaimana spesies ini terkait atau faktor apa yang memengaruhi evolusi dan kepunahan setiap spesies.

 

Proses Evolusi Manusia

Proses evolusi manusia melibatkan serangkaian perubahan alam yang menyebabkan spesies (populasi organisme yang berbeda) muncul, beradaptasi dengan lingkungan, dan punah.

Ahli Paleoantropologi dan mantan Direktur Smithsonian Institution Museum of Natural History's, Dr. Rick Potts menunjukkan beberapa bukti evolusi manusia yang berupa fosil dan artefak.

Ia menjelaskan beberapa fosil yang berasal dari, 2,5 juta tahun hingga 1 juta tahun lalu dan evolusi yang terjadi. Salah satunya bentuk fisik bagian tempurung otak yang membesar dan wajah yang mengecil.

"Otak menjadi lebih besar dari waktu ke waktu dan wajah umumnya menjadi lebih kecil dari waktu ke waktu sampai Anda mencapai spesies kita di mana kita memiliki otak terbesar dan wajah terkecil yang terselip di bawah tempurung otak," jelas Dr. Rick Potts.

Menurutnya, bentuk fisik manusia modern sudah sangat berbeda dengan apa yang dimiliki manusia 2,5 juta tahun yang lalu. Mereka memiliki tempurung otak yang kecil dan permukaan wajah yang besar dan miring.

"Jadi yang kita lihat adalah perubahan bentuk fisik dari waktu ke waktu, dalam hal ini ukuran otak dan ukuran wajah. Namun evolusi manusia berkembang tidak hanya perubahan bentuk fisik dari manusia purba hingga diri kita sendiri, tetapi juga perubahan perilaku," papar Dr. Rick Potts.

Para ilmuwan mengklasifikasikan setiap spesies dengan nama ilmiah dua bagian yang unik. Dalam sistem ini, manusia modern digolongkan sebagai Homo sapiens.

Evolusi terjadi ketika ada perubahan materi genetik (molekul kimia), DNA yang diwariskan dari orang tua, dan proporsi gen yang berbeda dalam suatu populasi.

Gen memengaruhi bagaimana tubuh dan perilaku suatu organisme berkembang selama hidupnya. Inilah mengapa karakteristik yang diwariskan secara genetik dapat memengaruhi kemungkinan kelangsungan hidup dan reproduksi suatu organisme.

Evolusi tidak mengubah satu individu pun. Sebaliknya, itu mengubah cara pertumbuhan dan perkembangan yang diwariskan, kemudian melambangkan suatu populasi atau sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup di habitat tertentu.

 

Sumber : DISINI

Sejarah Desa SIBOWI

 


TO SILONGA 
(Sejarah Singkat Desa Sibowi)

1. Asal Usul Masyarakat Desa Sibowi

          Ada satu rumpun pada zaman dahulu hidup dan bermukim mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat  adat  Kaili (ADA-NTO-HIGI) yang bermukim di suatu tempat diatas pegunungan sebelah timur desa Sibowi. Rumpun keluarga ini mendiami tempat tersebut pada tahun 1706, yang dipelopori oleh pemimpin rumpun keluarga besar bernama TIROLEMBA yang mendapat julukan TOTUANTINA/TOTUANGATA, yang artinya orang yang diangkat atau dikukuhkan dan dituakan oleh rumpun keluarga besar sebagai pengatur dan pemangku adat yang dihormati, di segani, dan di senangi.

          Mereka mengasingkan diri disebabkan karena perbedaan paham, pendapat, dan pandangan tentang kehidupan dalam tatanan adat istiadat, budaya serta kebiasaan dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, khususnya masyarakat Adat Kaili  (Ada-Nto-Higi).  Rumpun keluarga tersebut mempunyai semangat yang tinggi mereka memiliki jiwa kesatria, maka mereka lebih memilih untuk berpisah dari rumpun masyarakat adatKaili Sigi (Ada-Nto-Higi) mengembara dan mengasingkan diri mencari tempat tinggal serta menyebar kemana-mana.  Dalam pengembaraan itu mereke menemukan suatu tempat lembah lereng pegunungan disebelahTimur di wilayah Desa Sibowi.

          Disaat itu TIROLEMBA selaku TOTUANTINA/TOTUANGATA mulai mengatur dan menata sebuah pemukiman, mereka juga menata bentuk adat istiadat yang dalam bahasa kaili Ija disebut MOMPAHILONGA sehingga pemukiman tersebut mereka abadikan menjadi sebuah namarumpun keluarga besar mereka, yang diberi nama HILONGA atau TO-HGI-LONGA/TOPOMPAHILONGA yang dalam pengertiannya orang yang mengatur, menata membentuk adat istiadat budaya serta kebiasaan masyarakat untuk keselamatan semua manusia dalam alam lingkungan. Mereka menemukan jati diri mereka menjadi  TO-KAILI-TOHILONGA, dan mereka memiliki kesamaan-kesamaan adat istiadat, budaya serta kebiasaan dan bahasa dengan masyarakat Kaili Sigi (TO-KAILI-TOHINGI). Lembah Hi-Longa atau Si-Longa tepatnya berada di wilayah desa Baku-Bakulu (Dulu kecamatan Biromaru) sekarang sudah menjadi Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.


2. Arti dari Desa Sibowi (Hibowi)

          Sebagaimana telah dikisahkan pada bagian terdahulu bahwa sekitar tahun 1768, mala petaka serta kutukan dari mahakuasa menimpa kehidupandan penghidupan manusia To-Kaili Ija (To-Hilonga) pada saat itu, sehingga oleh TOTUANTINA TIROLEMBA melakukan musyawarah (HITOMU) bersama para pengikutnya sesuai budaya dan tradisi yang dianutnya, maka acara ritual pun dilakukan untuk meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa melalui bisikan suara gaib roh-roh leluhur yang di panggil, sehingga diambillah suatu keputusan (HINTIVU) bahwa nama pemukiman yang mereka tempati diberi nama HIBOWI atau sekarang dikenal dengan Desa Sibowi. Pengertian Hibowi atau Sibowi sebagai berikut :

 

a.       Hi artinya Hintivu atau kesepakatan.

b.      Bo artinya Bolovia atau memohon petunjuk.

c.       Vi adalah akhiran untuk penekanan kata bahasa Ija untuk mempercepat proses sesuatu tercapai.

          HI-BO-WI berdasarkan petunjuk yang dimohon melalui roh-roh leluhur pada saat itu di ibaratkan tanaman/rumput, padi, jagung yang berubah bentuk menjadi jenis rumput ilalang (alang-alang) atau dalam bahasa Kaili Ija (To-Hilonga) Jaana. Sehingga dalam penekanannya (VI) berarti sesuatu berubah atau tercapai.

          Tanaman inilah diputuskan melalui suatu petunjuk di mohon kepada Yang Maha Kuasa merubah kembali wujudnya menjadi padi atau jagung, sehingga Hibowi atau Sibowi artinya Rumpun atau ilalang (alang-alang) yang menyerupai padi.



3. Perkembangan Masyarakat

          Mereka TO-HILONGA atau TO-HIBOWI, pada masa itu hidup rukundan damai, serta membuka diri dengan masyarakat dari luar lingkungan mereka. Dari kehidupan mereka dahulu terisolir yang hanya bergaul dengan lingkungan sendiri, kini mereka membuka diri dengan masyarakat luar yaitu MBULAVA dan masyarakat SIDIRU, masyarakat KASUTA danmasyarakat HIGI (Sigi) yang merupakan pecahan dari rumpun keluarga mereka serta masyarakat lainnya. Mereka menjalin hubungan baik dan meningkat menjadi hubungan perkawinan (hubungan pertalian darah), sehingga kita berada di Mbulava dan Sidiru (kini sibalaya) dan kuasata (kini lambara) maka disana akan ada kita jumpai silsilah keturunan mereka dari masyarakat HIBOWI (kini Sibowi) dan sebaliknya.

          Memperhatikan perkembangan situasi dan kondisi pada saat itu, makaoleh pemerintah kolonial belanda menggunakan kesempatan melakukan interfensi atau campur tangan, maka pada tahun 1876 oleh pemerintah kolonial belanda menggangkat Ritundate sebagai pimpinan pemerintahan yang baru (sebagai kepala kampung yang pertama). Sejalan dengan itu diikuti pula dengan masuknya misi agama Kristen (Kristen BalaKeselamatan) di dua titik pemukiman yakni HIBOWI dan LOPO POBOYA dan dua pemukiman lainnya yakni Watugusu dan Lonja mereka memeluk agama Islam. Setelah berselang tidak lama, maka pergantiang kepala kampung silih berganti. 



Berikut ini nama-nama Kepala Kampung sejaktahun 1876 s.d Sekarang.

NO       NAMA                               TAHUN                    KETERANGAN

1           Ritundate                           1876 s/d 1909           Kepala Jaga

2           Uma Pilahari                     1909 s/d 1920           Kepala Jaga

3           Yumbabiaa                        1920 s/d 1925           Kepala Jaga

4           Laburitu/Balatai                1925 s/d 1927           Kepala Jaga

5           Yumbabia                          1927 s/d 1940           Kepala Jaga

6            Pakubahi                          1940 s/d 1942           Kepala Jaga

7          Daeng pasau                      1942 (2 minggu)       Kepala Kampung

8          Tandesuli                            1942 s/d 1944          Kepala Kampung

9          Susagimpu                          1944 s/d 1948          Kepala Kampung

10        Torondate                           1948 s/d 1950          Kepala Kampung

11        Susagimpu                          1950 s/d 1955          Kepala Kampung

12        Pariginja                             1955 s/d 1961          Kepala Kampung

13        Latunisi                              1961 s/d 1963          Kepala Kampung

14        Latoni                                 1963 s/d 1964          Kepala Kampung

15        Datu Jawa                          1964 s/d 1968          Kepala Kampung

16        Djamaludin Lacindara       1968 s/d 1973          Kepala Desa

17        Yalinusi Lebe                    1973 s/d 1988           Kepala Desa

18        Abd. Rahim                       1988 s/d 1991           Kepala Desa

19        Abd. Munir Lamakarate   1991 s/d 1993            Kepala Desa

20        Maulidin Asri                    1993 s/d 1999          Kepala Desa

21        Ishak L.Hi. Saini               1999 s/d 2005         Kepala Desa

22        KamaludinL.Rimbabibo    2005 s/d 2011          Kepala Desa

23        Asman Lasisa                     2011 s/d 2016          Kepala Desa

Sejarah SULAWESI TENGAH

 


SEJARAH

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pada Tanggal 13 April 1964, Provinsi Sulawesi Tengah terbentuk. Dalam usianya yang menginjak lebih setengah abad ini, banyak peristiwa penting mewarnai sejarah perjalanan provinsi ini. Bagi orang bijak, sejarah pada masalalu merupakan sumber inspirasi untuk saat sekarang dan saat yang akan datang.Dengan memahami sejarah, tindakan kepahlawanan dan peristiwa gemilang pada masa lalu diharapkan menjadi sumber inspirasi untuk mencetuskan peristiwa besar pula. Sejarah tersebut di antaranya seperti yang diuraikan berikut ini.

Pada abad ke 13, di Sulawesi Tengah sudah berdiri beberapa kerajaan seperti Kerajaan Banawa, Kerajaan Tawaeli, Kerajaan Sigi, Kerajaan Bangga, danKerajaan Banggai. Pengaruh Islam ke kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah mulai terasa pada abad ke 16. Penyebaran Islam di Sulawesi Tengah ini merupakan hasil dari ekspansi kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Pengaruh yang mula-mula datang adalah dari Kerajaan Bone dan Kerajaan Wajo.Pengaruh Sulawesi Selatan begitu kuat terhadap Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Tengah, bahkan sampai pada tata pemerintahan. Struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah akhirnya terbagi dua, yaitu, yang berbentuk Pitunggota dan lainnya berbentuk Patanggota. Pitunggota adalah suatu lembaga legislatif yang terdiri dari tujuh anggota dan diketuai oleh seorang Baligau. Struktur pemerintahan ini mengikuti susunan pemerintahan ala Bone dan terdapat di Kerajaan Banawa dan Kerajaan Sigi. Struktur lainnya, yaitu, Patanggota, merupakan pemerintahan ala Wajo dan dianut oleh Kerajaan Palu dan Kerajaan Tawaeli. Patanggota Tawaeli terdiri dari Mupabomba, Lambara, Mpanau, dan Baiya. Pangaruh lainnya adalah datang dari Mandar. Kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini adalah cikal bakalnya berasal dari Mandar. Pengaruh Mandar lainnya adalah dengan dipakainya istilah raja. Sebelum pengaruh ini masuk, di Teluk Tomini hanya dikenal gelar Olongian atau tuan-tuan tanah yang secara otonom menguasai wilayahnya masing-masing. Selain pengaruh Mandar, kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini juga dipengaruhi Gorontalo dan Ternate. Hal ini terlihat dalam struktur pemerintahannya yang sedikit banyak mengikuti strukturpemerintahan di Gorontalo dan Ternate tersebut. Struktur pemerintahan tersebut terdiri dari Olongian (kepala negara), Jogugu (perdana menteri), KapitanLaut (Menteri Pertahanan), Walaapulu (menteri keuangan), Ukum (menteriperhubungan), dan Madinu (menteri penerangan).

Dengan meluasnya pengaruh Sulawesi Selatan, menyebar pula agama Islam.Daerah-daerah yang diwarnai Islam pertama kali adalah daerah pesisir. Padapertengahan abad ke 16, dua kerajaan, yaitu Buol dan Luwuk telah menerimaajaran Islam. Sejak tahun 1540, Buol telah berbentuk kesultanan dan dipimpinoleh seorang sultan bernama Eato Mohammad Tahir. Mulai abad ke 17, wilayah Sulawesi Tengah mulai masuk dalam kekuasaan colonial Belanda. Dengan dalih untuk mengamankan armada kapalnya dari serangan bajak laut, VOC membangun benteng di Parigi dan Lambunu. Padaabad ke 18, meningkatkan tekanannya pada raja-raja di Sulawesi Tengah. Mereka memanggil raja-raja Sulawesi Tengah untuk datang ke Manado dan Gorontalo untuk mengucapkan sumpah setia kepada VOC. Dengan begitu, VOC berarti telah menguasai kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah tersebut. Permulaan abad ke 20, dengan diikat suatu perjanjian bernama lang contract dan korte verklaring, Belanda telah sepenuhnya menguasai Sulawesi Tengah. Terhadap kerajaan yang membangkang, Belanda menumpasnya dengan kekerasan senjata. Pada permulaan abad ke 20 pula mulai muncul pergerakanpergerakan yang melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Selain pergerakan lokal, masuk pula pergerakan-pergerakan yang berpusat di Jawa.Organisasi yang pertama mendirikan cabang di Sulawesi Tengah adalah Syarikat Islam (SI), didirikan di Buol Toli-Toli tahun 1916. Organisasi lainnya yangberkembang di wilayah ini adalah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang cabangnya didirikan di Buol tahun 1928. organisasi lainnya yang membuka cabang di Sulawesi Tengah adalah Muhammadiyah dan PSII. Perlawanan rakyat mencapai puncaknya tanggal 25 Januari 1942. Para pejuangyang dipimpin oleh I.D. Awuy menangkap para tokoh kolonial seperti Controleur Toli-Toli De Hoof, Bestuur Asisten Residen Matata Daeng Masese, dan Controleur Buol de Vries. Dengan tertangkapnya tokoh-tokoh kolonial itu, praktis kekuasaan Belanda telah diakhiri. Tanggal 1 Februari 1942, sang merah putih telah dikibarkan untuk pertama kalinya di angkasa Toli-Toli. Namun keadaan ini tidak berlangsung lama karena seminggu kemudian pasukan Belanda kembali datangdan melakukan gempuran. Meskipun telah melakukan gempuran, Belanda tidak sempat berkuasa kembali diSulawesi Tengah karena pada waktu itu, Jepang mendarat di wilayah itu,tepatnya di Luwuk tanggal 15 Mei 1942. dalam waktu singkat Jepang berhasil menguasai wilayah Sulawesi Tengah. Di era Jepang, kehidupan rakyat semakin tertekan dan sengsara seluruh kegiatan rakyat hanya ditujukan untuk mendukung peperangan Jepang. Keadaan ini berlangsung sampai Jepang menyerah kepada Sekutu dan disusul dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Pada awal kemerdekaan, Sulawesi Tengah merupakan bagian dari provinsi Sulawesi. Sebagaimana daerah lainnya di Indonesia, pasca kemerdekaan adalahsaatnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. Rongrongan terus datang dari Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.Belanda menerapkan politik pecah-belah dimana Indonesia dijadikan negara serikat. Namun akhirnya bangsa Indonesia dapat melewati rongrongan itu dan pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Sejak saat itu, Sulawesi kembali menjadi salah satu provinsi di Republik Indonesia dan berlangsung hingga terjadi pemekaran tahun 1960. Pada tahun tersebutSulawesi dibagi dua menjadi Sulawesi Selatan-Tenggara yang beribu kota di Makassar dan Sulawesi Utara-Tengah yang beribukota di Manado. Pada tahun 1964, Provinsi Sulawesi UtaraTengah dimekarkan menjadi provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Manado dan Sulawesi Tengah yang beribukota di Palu. Pada tanggal 13 April 1964, untuk pertama kalinya diangkat Gubernur tersendiri Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga tanggal ini pula diperingati sebagai hari ulang tahun propinsi ini hingga sekarang.


Sumber : DISINI

Sejarah Desa KALUKUBULA

 



Pada zaman dahulu ada seorang pemburu, ia mengejar buruannya yang diduga sudah pergi menuju sebuah bukit disebelah timur, yaitu bukit Silonga, karena sudah lama dan sudah jauh ia mengejar, akhirnya pemburu itu tidak mau lagi meneruskan pengejarannya. Ia menyuruh orang Silonga untuk mengejar binatang buruannya itu.

         Ada dua orang Silonga jagoan yang bersedia mengejar buruan tadi, seorang diantaranya bernama Lanoa, melalui hutan belantara namun keduanya tidak pernah merasa lelah. Tidak akan puas rasanya kalau mereka tidak menemukan binatang buruan itu. Dengan tidak disangka-sangka mereka tiba pada sebuah padang belantara, disitulah mereka sempat melihat jejak binatang buruan, lalu pengejaran dilanjutkan terus. Setelah Lanoa, dari jarak jauh melihat binatang buruan itu sedang beristirahat dibawah pohon kayu, lalu disiapkannya tombaknya, sekali tombak saja robohlah binatang buruan itu.

          Binatang buruan itu mereka bawa kesuatu tempat dibawah sebatang pohon kayu besar yang sangat tinggi, Lanoa asyik memperhatikan pohon yang tinggi itu, ia melihat dibawah pohon itu banyak sekali tumbuh kayu-kayu kecil yang hampir serupa dengan pohon itu. “Apa namanya pohon ini ?” Tanya Lanoa , “Saya tidak tahu, “ jawab temannya. Mereka merasa heran sekali melihat jenis kayu itu. Lanoa ingin memakan buahnya tetapi ia takut jangan –jangan membahayakan, namun demikian ia mencoba meminum airnya. Rasanya enak, air buah itulah yang menjadi air minumnya, karena belum puas mereka mencoba pulah memakan dagingnya yang putih warnanya, akhirnya Lanoa menamakan buah itu “ Kalukubula “.

          Karena tertarik akan tempat itu, maka kedua orang itu tidak mau lagi pulang ke kampungnya di Silonga. Di lembah yang sangat luas yang mereka namakan “ Kalukubula “ itu, mereka mulai membuka kebun. Sisa bekal dari Silonga berupa setongkol jagung, mereka tanam dikebun yang baru dibuat itu.

          Dari jauh disebelah timur, yaitu orang Lando melihat asap api mengepul di lembah itu, seorang diantaranya bernama Ravulando berkata : “Coba lihat disebelah barat dilembah itu, ada asap api, tentu ada orang disana.” Jawab temannya : “Saya kira benar apa yang kau katakan itu.” Karena mereka yakin maka kedua orang Lando itu segera berangkat menuju lembah sumber asap api itu. Setibanya disana, Lanoa terkejut sambil bertanya : “Siapa gerangan kalian ini.” Jawab orang itu :”Kami berasal dari Lando.” Lanoa menjelaskan bahwa mereka datang ditempat itu karena mengejar babi buruan orang Pakuli. Dikatakannya bahwa pemburu itu tidak mampu lagi mengejar buruannya karena sudah lelah. Lanoa menambahkan bahwa buruan orang Pakuli itu datang di Silonga lalu dikejar terus oleh Lanoa dan temannya sampai di lembah itu sehingga terbunuh dan dagingnya telah dimakan pula oleh Lanoa dan temannya.

          Kemudian orang Tara dari sebelah utara, seorang diantaranya bernama Tadabia, dan kemudian orang Pulu dari sebelah barat, seorang diantaranya bernama Torivatu,  kedatangan mereka karena alasan yang sama disebabkan karena melihat asap api mengepul di lembah itu. Jadi ada 8 orang penghuni lembah “Kalukubula” yaitu yang berasal dari Silonga, Lando, Tara dan Pulu. Mereka mulai membuka tanah kebun dan ladang. Karena orang Silonga yang pertama datang ditempat itu lagipula dianggap sebagai penghuni pertama, maka telah disepakati bersama bahwa merekalah yang menentukan luas tanah yang akan dikerjakan oleh setiap orang. Jadi Lanoa dan seorang lagi temannya itu yang berhak menentukan luas tanah yang akan dibuat kebun atau ladang.

          Lama kelamaan berdatanganlah orang-orang dari tempat yang jauh sehingga lembah itu menjadi padat penduduknya. Setiap penghuni yang baru datang diharuskan memberitahukan pada orang Silonga, orang Silonga itulah yang akan menunjukan tempat atau tanah di sebelah mana yang akan mereka kerjakan sebagai kebun. Dengan demikian setiap orang tidak bebas memilih tanah yang akan dibuat kebun.

 

Nama “ Kalukubula “ diambil dari bahasa Ledo / Kaili, Kaluku berarti Kelapa dan Bula berarti Putih. Jadi “ Kalukubula” artinya Kelapa Putih.


Sember : https://kalukubula.desa.id/index.php/artikel/2020/7/9/sejarah-desa-kalukubula

Sejarah Terbentuknya Kabupaten SIGI

 


Kabupaten Sigi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibukotanya adalah Bora yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru.

Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Donggala. Kabupaten Sigi memiliki luas wilayah sekitar 5.196 km2 dengan jumlah Penduduk mencapai 247.057 jiwa 2017.

 

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN SIGI

 

Sebelum ditaklukan oleh pemerintah Belanda pada Tahun 1904 wilayah Kabupaten Sigi merupakan salah satu wilayah pemerintahan raja-raja yang berdirisendiri-sendiri  d iProvins iSulawesi Tengah,  yaitu Kerajaan Sigi Dolo  yang  pusat pemerintahannya berkedudukan di Bora.

 

Pemerintah Hindia Belanda menduduki kerajaan ini setelah mengalami perang Sigi Dolo.Perang diakhiri dengan penanda tanganan perjanjian yang dikenal dengan langeverkliring  yang kemudian disusul konterverkliring  yang intinya pengakuan terhadap kedaulatan pemerintahan Belanda atas wilayah-wilayah kerajaan tersebut.

 

 

Setelah ditaklukan pada tahun 1904 dijadikan wilayah administratif dengan nama distrik, selain dari distrik yang dinamakan onder distrik.  Gabungan dari beberapa distrik disebut swapraja atau disebut landscap (Zelfsbestewer ondeland schappen).

 

Untuk mengatur pemerintahan dalam wilayah swapraja ini sebagai pelaksanaan korteverklering, pemerintah Belanda menetapkan  peraturan tentang daerah-daerah yang pemerintahan sendiri berlaku sejak tahun 1927 dan diubah pada tahun 1938 dengan nama zelfbestusregelen.

 

Dalam perkembangan selanjutnya wilayah Sulawesi Tengah dijadikan beberapa Afdeling,  dimana Kerajaan Sigi Dolo masuk ke Onder afdeling Palu.  Pada akhir tahun 1948 Sulawesi Tengah menjadi satu daerah otonom dengan Ibu Kota Poso.Oleh pemerintah dibentuk dua badanya itu dewan raja-raja yang diketuai oleh Bestari Laborahima anggotanya sebagian besar ditunjuk oleh pemerintah selaku penasihat.

Baca Juga

Sejarah Asal Usul Terbentuknya Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara

Sejarah Asal Usul Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara

Sejarah Awal Terbentuknya Kabupaten Tojo Una-una Sulawesi Tengah

 

Dengan terbentuknya Sulawesi Tengah maka lembaga-lembaga pemerintah seperti residen, asistenresiden, gezag, hebar/kontreleur dihapuskan dan dirubah menjadi kepala pemerintahan negeri, sedang Landschap menjadi Swapraja.

 

BerdasarkanKeputusanGubernur Sulawesi Tengah Tanggal 23 OktoberTahun 1951 (diubahkembalitanggal 30 April 1952) daerah Sulawesi Tengah kembalimenjadiduawilayahadministratif.Sehubungandenganpembagianinimaka DPRD Sulawesi Tengah padaTangal 16 November 1951 menyatukandiri bersama dewan pemerintah daerah dan menyerahkan tugas dan kekuasaan kepada Gubernur Sulawesi Tengah dengan surat tanggal 4 Maret 1952 No. 183, pembubaran daerah Sulawesi Tengah dan daerahnya menjadi daerah Swatantara.

 

 

 

Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1952 terhitung mulaiTanggal 12 Agustus 1952 daerah Sulawesi Tengah dibagi menjadi dua  kabupaten yaitu :

 

- Kabupaten Donggala yang wilayahnya meliputi bekas Onder afdelingPalu, Donggala, Parigi dan Toli-toli;

- Kabupaten Poso yang wilayahnya meliputi bekas Onder afdeling Poso, Bungku/Mori dan Luwuk.

 

 

 

Selanjutnya berdasarkan undang-undang Nomor 29 Tahun 1953 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala dibagi menjadi dua kabupaten

 

Daerah tingkat II yaitu:

 

1. Kabupaten Daerah Tingkat II Donggala meliputi Onder Afdeling Palu, Donggala dan Parigi;

2. Kabupaten Daerah Tingkat II Toli-toli meliputi OnderAfdeling Toli-toli dan Buol.

 

Kemudian diterbitkan dan disyahkanUndang-Undang  No 27 Tahun 2008 mengenai pembentukan Kabupaten Sigi pada tanggal 21 Juli 2008. Sebelumnya Kabupaten Donggala telah mengalami pemekaran menjadi Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong.

 

Dari 30 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Donggala sebanyak 15 kecamatan masuk ke Kabupaten Sigi yaitu Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Lindu, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Sigi Biromaru, KecamatanTanambulava, KecamatanDolo, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Marawola, Kecamatan Kinovaro dan Kecamatan Marawola Barat.   Adapun pejabat Bupati yang pertama ditunjuk adalah Drs. Hidayat.

 

 

 

Sumber : https://sanggentala.wordpress.com/tentang-sigi

 

 

 

 


 

 

 

SEJARAH SINGKAT

 

KABUPATEN SIGI

 

 

 

Sebelum ditaklukan oleh pemerintah Belanda pada Tahun 1904 wilayah Kabupaten Sigi merupakan salah satu wilayah pemerintahan raja-raja yang berdirisendiri-sendiri  d iProvins iSulawesi Tengah,  yaitu Kerajaan Sigi Dolo  yang  pusat pemerintahannya berkedudukan di Bora. Pemerintah Hindia Belanda menduduki kerajaan ini setelah mengalami perang Sigi Dolo.Perang diakhiri dengan penanda tanganan perjanjian yang dikenal dengan langeverkliring  yang kemudian disusul konterverkliring  yang intinya pengakuan terhadap kedaulatan pemerintahan Belanda atas wilayah-wilayah kerajaan tersebut.

 

Setelah ditaklukan pada tahun 1904 dijadikan wilayah administratif dengan nama distrik, selain dari distrik yang dinamakan onder distrik.  Gabungan dari beberapa distrik disebut swapraja atau disebut landscap (Zelfsbestewer ondeland schappen).Untuk mengatur pemerintahan dalam wilayah swapraja ini sebagai pelaksanaan korteverklering, pemerintah Belanda menetapkan  peraturan tentang daerah-daerah yang pemerintahan sendiri berlaku sejak tahun 1927 dan diubah pada tahun 1938 dengan nama zelfbestusregelen.

 

Dalam perkembangan selanjutnya wilayah Sulawesi Tengah dijadikan beberapa Afdeling,  dimana Kerajaan Sigi Dolo masuk ke Onder afdeling Palu.  Pada akhir tahun 1948 Sulawesi Tengah menjadi satu daerah otonom dengan Ibu Kota Poso.Oleh pemerintah dibentuk dua badanya itu dewan raja-raja yang diketuai oleh Bestari Laborahima anggotanya sebagian besar ditunjuk oleh pemerintah selaku penasihat.Dengan terbentuknya Sulawesi Tengah maka lembaga-lembaga pemerintah seperti residen, asistenresiden, gezag, hebar/kontreleur dihapuskan dan dirubah menjadi kepala pemerintahan negeri, sedang Landschap menjadi Swapraja.

 

BerdasarkanKeputusanGubernur Sulawesi Tengah Tanggal 23 OktoberTahun 1951 (diubahkembalitanggal 30 April 1952) daerah Sulawesi Tengah kembalimenjadiduawilayahadministratif.Sehubungandenganpembagianinimaka DPRD Sulawesi Tengah padaTangal 16 November 1951 menyatukandiribersamadewanpemerintahdaerahdanmenyerahkantugasdankekuasaankepadaGubernur Sulawesi Tengah dengan surat tanggal 4 Maret 1952 No. 183, pembubaran daerah Sulawesi Tengah dan daerahnya menjadi daerah Swatantara.

 

Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1952 terhitung mulaiTanggal 12 Agustus 1952 daerah Sulawesi Tengah dibagi menjadi dua  kabupaten yaitu :

 

Kabupaten Donggala yang wilayahnya meliputi bekas Onder afdelingPalu, Donggala, Parigi dan Toli-toli;

Kabupaten Poso yang wilayahnya meliputi bekas Onder afdeling Poso, Bungku/Mori dan Luwuk.

Selanjutnya berdasarkan undang-undang Nomor 29 Tahun 1953 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala dibagi menjadi dua kabupaten

 

Daerah tingkat II yaitu:

 

Kabupaten Daerah Tingkat II Donggala meliputi Onder Afdeling Palu, Donggala dan Parigi;

Kabupaten Daerah Tingkat II Toli-toli meliputi OnderAfdeling Toli-toli dan Buol.

Kemudian diterbitkan dan disyahkanUndang-Undang  No 27 Tahun 2008 mengenai pembentukan Kabupaten Sigi pada tanggal 21 Juli 2008. Sebelumnya Kabupaten Donggala telah mengalami pemekaran menjadi Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong.   Dari 30 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Donggala sebanyak 15 kecamatan masuk ke Kabupaten Sigi yaitu Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Lindu, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Sigi Biromaru, KecamatanTanambulava, KecamatanDolo, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Marawola, Kecamatan Kinovaro dan Kecamatan Marawola Barat.   Adapun pejabat Bupati yang pertama ditunjuk adalah Drs. Hidayat.

 

ARTI DAN MAKNA

 

LAMBANG KABUPATEN SIGI

 

 

 

 

 

 

 

A.  SinopsisLambang Daerah KabupatenSigi

 

Bentuk lambang bersegi lima melengkung dan membentuk perisai sebagai dasar dengan substansi lambang adalah bundar dan figure  taiganja yang dilambangkan sebagai manusia (seorang wanita cantik) yang dikelilingi oleh bambu kuning. Mitologi kuno tentang asalusul nenek moyang bangsawan (madika) orang Kaili yang menjelma (mebete) dari rumpun bambu kuning, yang lazim disebut To Manuru.

 

Turun dari langit dengan memakai pakaian indah dan memakai kalung dengan buah kalungnya adalah Taiganja.To Manuru kemudian dikawini oleh Tomalanggai (raja yang berwibawa, pemberani yang adil dan bijaksana).

 

Keturunan  ToManuru inilah kemudian yang menjadi bangsawan-bangsawan atau raja-raja yang memimpin masyarakat menjadi sejahtera dan berkeadilan dan sebagai warisan To Manuru menyerahkan Taiganja kpada keturunannya sebagai bukti dan tanda titisannya dalam melaksanakan adat istiadat yang dijalankan.Simbol Taiganja adalah sebuah lambang memiliki arti sentral dan sacral serta kompleks dalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat adat Kaili dan adat Kulawi.

 

Simbol Taiganja pada bagian kepala terdapat tanduk kerbau yang tajam menghadap keatas langit yang melambangkan sebagai suatu; kekuatan, keberanian, kesuburankesejahteraan), kehormatan, keamanan, kedamaian.

 

Uraian diatas memberi makna gerak dan goresan ukiran yang dinamis dalam symbol Taiganja. Memberi makna bahwa masyarakat Sigi telah memiliki suatu tekad yang bulat dan dilandasi“MARESO MASAGENA” dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dengan lebih mendekatkan iman dan takwa dalam hubungan manusia dengan Tuhan; mempererat tali silaturahmi hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam secara seimbang; serasi dan harmonis dalam suatu kedamaian.

 

 

 

 

 

 

Minggu, 21 Mei 2023

Sejarah Nama NUSANTARA dan INDONESIA

 

Peta : 1596

Nama Indonesia Pada Zaman Dahulu, Pada zaman purba, kepulauan Indonesia disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

 

Bangsa Arab menyebut wilayah yang kemudian menjadi IndonesiaJaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban jawi (“kemenyan Jawa”), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

 

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, Archipel Malais).

 

Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

 

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.

 

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk . Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

 

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

 

Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

 

Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia.

Pada tahun 1847 ,Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). tetapi lebih senang menggunakan Malayunesia

 

Kemudian James Richardson Logan menggunakan nama Indunesia (yang dibuang Earl), dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. inilah untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak dalam tulisan Logan:

 

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

 

Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).

 

Indonesia, Negeri Eksotik dengan jumlah pulaunya sebanyak 7.504 buah. (7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama). Tidak asing juga disebut sebagai Zamrud Khatulistiwa, tentunya karena potensi yang dimiliki oleh negeri ini begitu banyak dan terhampar di jajaran pulau-pulau tersebut. Keanekaragaman hayati, pesona alam, flora-fauna, budaya, bahasa, aneka ragam suku, dan masih banyak lainnya.

۞ PETA LOKASI MA. Kabeloa Alkhairaat ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞